Hari ini ada cerita baru. Berawal dari keisengan mendengarkan sesi Refleksi dari teman2 praktikan Matematika dan Guru Pamongnya yang kebetulan adalah Wakasek Kesiswaan...
Aku baru tau kalo kemarin sempat ada kehebohan yang berbau SARA. Untungnya kehebohan ini nggak sempat menyebar keluar sekolah. Yang patut jadi perhatian bukan kehebohan itu sendiri, melainkan latar belakang terjadinya kehebohan itu. Setelah diselidiki, ternyata sumbernya dari perasaan pribadi (dan tidak ada sangkut-pautnya dengan SARA), berhubung kebetulan yang terlibat adalah 2 orang dari etnis dan agama berbeda, maka unsur SARA jadi ikut-ikutan dilibatkan.
Patut disayangkan, bahwa kehidupan remaja menjadi sangat intoleran terhadap sesuatu yang "berbeda", padahal saat ini sedang gencar-gencarnya kampanye pendidikan Multikultural. Lalu, apa yang salah?
Kondisi siswa yang merupakan masyarakat rurban (rural-urban: peralihan antara desa dan kota), mungkin menjadi salah satu pencetus terjadinya kehebohan SARA. Sebab, masyarakat rural biasanya cenderung tertutup dan bersikap apatis terhadap perubahan dan sesuatu yang baru. Berbeda dengan masyarakat urban yang lebih permisif dan terbuka terhadap hal-hal baru. Siswa yang berusia remaja mungkin belum mampu menyesuaikan diri secara tepat (maladjustment) sehingga pikirannya tidak mampu mengontrol letupan emosi yang ada pada dirinya. Mereka juga belum sepenuhnya memahami apa yang dilakukannya adalah sesuatu yang beresiko tinggi untuk menyebabkan kerusuhan SARA yang lebih besar (yang kini marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia).
Yang dilakukan oleh Guru Pamong tadi sudah tepat, yakni memberikan pemahaman terhadap resiko perbuatannya, melakukan mediasi antara siswa yang berselisih, dan melakukan pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Pencegahan yang dimaksud antara lain: memberikan pendidikan mengenai multikulturalisme, mengajarkan bahwa masing-masing agama menganjurkan kepada pemeluknya untuk menghargai pemeluk agama lain dan memberikan perhatian terhadap adanya indikasi serupa.
Cukup sudah penderitaan manusia yang terjadi karena isu SARA, semoga nggak ada lagi Ambon Babak 2, Sampit jilid 2 dan sebagainya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar